Cita-Cita luar biasa Lumbung Pangan Dunia, Melalui Program Luar biasa UPSUS, oleh SDM Luar biasa Pertanian Indonesia.

By Admin


nusakini.com - “Penyuluh berkontribusi besar sejak jaman Presiden Soeharto saat Indonesia swasembada beras di tahun 1984 hingga swasembada beras tahun 2016 di era Presiden Jokowi. Itu fakta sejarah”. tegas Prof. Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian di depan penyuluh dan peneliti yang berkumpul di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat (04/09/2019).

“Terus buktikan, pertahankan bahkan tingkatkan lagi”. Tegas Prof. Dedi. Caranya laksanakan tupoksi penyuluh sebaik-baiknya melalui pendampingan program strategis kementan Upaya Khusus (UPSUS). Program UPSUS Itu besar-besaran, radikal dan revolusioner. Program upsus bukan program biasa. UPSUS adalah program luar biasa untuk mencapai cita-cita luar biasa Indonesia Lumbung pangan dunia 2045. “Maka SDM pertanian juga harus luar biasa”. Tegas Prof. Dedi.

Seluruh pelaksana UPSUS termasuk penyuluh dan peneliti di BPTP Kalimantan Barat harus luar biasa. Tidak bisa dilakukan dengan cara-cara yang biasa. Kriteria keberhasilan penyuluh adalah menambah Luas Tambah Tanam (LTT) dalam UPSUS. Ini sudah dibuktikan dan dilaksanakan dalam kebijakan bapak Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang menjadikan LTT sebagai parameter untuk mereka yang diangkat menjadi Penyuluh Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3k). Sekretaris BPPSDMP, Dr. Ir. Siti Munifah menambahkan bawah penyuluh kedepan mencangkup didalamnya Insemintar, POPT, Tenaga lapang Perkebunan hingga penyelia mitra. 

 “Yang tidak mampu mengatasi masalah pangan hanya malapetaka menanti. Perkataan Presiden Soekarno ini terbukti dalam sejarah pada negara Uni soviet yang “collapse” diawali gagal panen yang menjadi krisis pangan hingga krisis ekonomi dan sosial. Orde Lama di Indonesia pun berganti menjadi Orde Baru karena ada krisis pangan diawali paceklik yang berkepanjangan di tahun 1965. Begitu juga berakhirnya Orde Baru diawali kekeringan di 1997 kerena elnino hingga sawah-sawah di jawa gagal panen. Akhirnya beras langka dan terjadi krisis pangan. 

Namun kita patut berbangga karena di tahun 2015 disaat elnino terbesar melanda Indonesia, terkuat sepanjang sejarah berdirinya Republik Indonesia. Kita mampu dengan Upaya Khusus (UPSUS) tetap menyediakan pangan untuk Indonesia. Bahkan kembali swasembada beras di tahun 2016 itu karena program Upaya Khusus”. Itu kontribusi besar penyuluh .Tegas Prof. Dedi. 

Kembali buktikan dan tingkatkan kinerja penyuluh melalui Upaya Khusus LTT di Kalbar. 

Ingat, ujar Prof. Dedi “Pengungkit terbesar produktivitas, enfisiensi pertanian itu adalah kita SDM Pertanian Indonesia . “Kalau kita semua hebat maka efiesiensi hebat, infrastruktur hebat, pembangunan pertanian pasti hebat”. (prb)